Flyover


Makassar, 3 September 2008. Sebagai pusat aktivitas warga kota, persimpangan di kilometer empat Makassar selalu saja jadi biang kemacetan.
Apalagi persimpangan yang mempertemukan Jl Urip Sumoharjo, Jl AP Pettarani, dan Jl Tol Reformasi kerap dipakai sebagai tempat melakukan demonstrasi.
Tapi itu menjadi cerita dulu. Pelan-pelan jalan layang yang menjadi salah satu megaproyek Makassar mulai terlihat dan kelak menjadi sebagai salah satu simbol Makassar masa depan.
Pembangunan jalan layang yang biasa juga disebut flyover diperkirakan selesai tahun 2009 mendatang.
Arus kendaraan yang melintas perempatan tersebut, yang biasanya menyebabkan kemacetan panjang, tidak lagi padat atau bahkan macet seperti kondisi saat ini.
Flyover pertama di Indonesia timur ini menjadikan persimpangan tersebut tak perlu lagi memakai traffic light.
Arus kendaraan dari arah kota menuju Jl Perintis Kemerdekaan ataupun sebaliknya akan langsung tanpa hambatan.
Lebar jalan pun bertambah dari dua lajur menjadi empat lajur.
Kendaraan mulai menanjak di depan Kantor DPRD Sulsel dan berakhir di Kantor Kejaksaan Tinggi Sulsel.
Begitu pula kendaraan dari arah sebaliknya. Tidak ada lagi pertemuan kendaraan di simpang empat yang menyebabkan kendaraan jadi macet.
Intinya, flyover akan menambah kelancaraan transportasi, baik transportasi dalam kota maupun dari luar kota.
"Sebab, titik rawan kepadatan kendaraan berada di persimpangan Jl Perintis Kemerdekaan-Jl Urip Sumohardjo, dan Jl Tol Reformasi," jelas Kepala Balai Besar Pengembangan Jalan Nasional Wilayah Sulawesi Nurdin Samaila saat berbincang santai dengan Tribun, di ruang kerjanya, Selasa (8/7).
Flyover juga mengurangi pertemuan kendaraan sebidang, karena jalan dari arah kota ke Maros dan sebaliknya tidak ada lagi.
Untuk tahap pertama, pembangunan flyover yang sementara berjalan diagendakan rampung tahun 2009.
Anggaran pembangunan flyover yang panjangnya sekitar 300 meter ini menelan Rp 54 miliar.
Di lokasi proyek, tiang-tiang pancang persiapan jalan layang ini sudah mulai berdiri tegak. Tembok beton dari arah berlawanan sebagai penyangga juga telah berdiri kokoh.
Nantinya, kata Nurdin, jalan layang itu terdiri atas dua jalur dan empat lajur.
Sementara, jalan di bawahnya, dari arah AP Pettarani ke Tol Reformasi terdiri dari enam lajur.
Tiga lajur di bagian kiri dan tiga lajur di bagian kanan. Di bagian tengah dibatasi median jalan.
Ke depan, pada tahap kedua proyek ini, diprogramkan jalur daun melingkar dari arah Tol Reformasi-Urip Sumahardjo menuju AP Pettarani.
Diprioritaskan, jalur daun itu dibangun di bagian utara. Anggaran yang disiapkan diperkirakan berkisar Rp 25 miliar.
Itu pun, lanjutnya, perkembangan kepadatan lalu lintas tetap dicermati. Kalau kepadatan signifikan maka pembangunan diprogramkan pada tahun 2010.
Program itu baru dua daun. Jika sudah menjadi empat daun maka tidak ada lagi traffic light di perempatan tersebut.
Kendaraan akan melingkar dari jalan layang ke jalur bawah atau sebaliknya. Namun pembangunan flyover sempat terkendala dalam pencairan dana dan sengketa tanah dan juga kontraktor sempat mengancam pengunduran diri sebab alat kerja yang digunakan sudah tua yakni rata-rata keluaran tahun 1972.

0 Comments: